Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Besok BBKSDA NTT dan WCS Repartrisasi 33 Kura - kura Leher Ular Dari Singapura ke Kupang

Senin, 07 Agustus 2023 | 3:18 PM WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-07T07:18:42Z
xdetiik


XDetiik.com, KUPANG – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT) bersama Wildlife Conservation System (WCS) akan merepatriasi (memulangkan) sebanyak 33 spesies Kura-Kura Rote Leher Ular dari Amerika melalui Singapura ke Jakarta dan dari Jakarta ke Kupang. Sesuai rencana, 33 kura-kura tersebut akan tiba di Kupang pada Selasa (08/08/20230) besok. BBKSDA NTT akan mengembalikan spesies tersebut ke habitat aslinya yakni Pulau Rote, guna melestarikan dan melindungi Kura-Kura Rote Leher Ular dan habitatnya dari kepunahan. Hal ini merupakan kado atau hadiah Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78.


Demikian disampaikan Kepala BBKSDA NTT, Ir. Arief Mahmud dalam dialog Program Kupang Pagi Ini di Studio Pro1 RRI Kupang, pada Senin (07/08/2023) dengan tema "Repatriasi Kura-Kura Rote Dari Singapura ke Kupang," bersama narasumber Kepala BBKSDA NTT, Ir. Arief Mahmud dan Country Director Wildlife Conservation System (WCS), Noviar Andayani.


Ini tahap kedua, sedangkan tahap pertama sudah dilakukan ditahun 2021 lalu sebanyak 12 Kura-Kura. Itu tidak saja dikirimkan kembali dari Amerika, tetapi juga dari Austria. Besok dipulangkan 33 ekor dari Brongzu AS (Amerika Serikat), akan dikirim kembali ke Indonesia via Singapura. Ini momen menggembirakan, karena bertepatan dengan moment HUT RI ke 78,” ujar Arief.


Kepala BBKSDA NTT, Arief Mahmud menyebut, selain dukungan Wildlife Conservation Society, proses repatriasi 33 reptile tersebut tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, termasuk Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT), Pemerintah Daerah (Pemda) Rote Ndao bersama masyarakat lokal setempat, Makspai Garuda Indonesia, TNI Angkatan Udara, dan Instalasi Karangtina Hewan BBKSDA NTT.

Dukungan pemprov NTT sangat luar biasa, dengan menetapkan Pulau Rote mejadi Kawasan ekosistem esensial. Ini wujud dukungan pemprov untuk perlindungan kura-kura Rote leher ular di Rote,” kata Arief Mahmud.


Menurut Arief, alkisah sampainya jenis Kura-Kura Rote Leher Ular di bebera negara lain, kemungkinan karena sebelumnya ada izin perdagangan satwa liar jenis Kura-Kura Rote Leher Ular. Juga dianggap Kura-Kura Rote Leher Ular satu spesies dengan kura-kura yang ada di Papua. Namun ditahun 1994, Kura-Kura Rote Leher Ular ditetapkan sebagai suatu spesies tersendiri yang berbeda dari jenis kura-kura yang di Papua, karena perdagangan Kura-Kura Rote Leher Ular yang semakin intensif sehingga menyebabkan jumlah kura-kura jenis tersebut terbatas. 

Jadi, bukan karena diambil secara ilegal tetapi legal. Istilahnya perdagangan satwa liar yang dilindungi dengan kuota tertentu, sehingga para hobbies bisa membeli kura-kura Rote itu dari para pemegang izin penangkaran,” imbuh Arief.


Akan tetapi, lanjutnya, di habitat alaminya (Pulau Rote, red), Kura-Kura Rote Leher Ular semakin jarang dijumpai. Sementara di kebun-kebun binatang (zoo) di berbagai negara masih terdapat Kura-Kura Rote Leher Ular tersebut. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia dan sejumlah mitra organisasi internasional pegiat konservasi berupaya memulangkan jenis kura-kura tersebut. “Tahap pertama yang dipulang tahun 2021 lalu yang berjumlah 13 ekor, tidak hanya dipulangkan dari Amerika tetapi juga dari Austria,” tandasnya.


Ia berpandangan, bahwa pemerintah menyadari tidak bisa berkerja sendiri, karena keterbatasan tenaga dan biaya. Sementara upaya perlindungan Kura Kura Rote Leher Ular tidak hanya semata melindungi kura-kuranya, tetapi habitat dan masyarakat di sekitar danau dengan menjaga danaunya. Dengan menjaga kelestarian ekosistem danau, sumber air di linkungan tempat tinggal masyarakat dapat dipertahankan. 

Juga habitat Kura-Kura Rote ada di luar wilayah konservasi, bahkan lahan milik keluarga atau pribadi tertentu (masyarakat), sehingga dukungan (izin) masyarakat sangat penting, termasuk dukungan pemerintah lokal setempat untuk jaga habitat kura-kura ini. Kalau di wilayah konservasi tentu akan ada personal kita yang jaga disana, tetapi karena di luar, maka dibutuhkan dukungan masyarakat,” jelasnya.


Pemrov NTT, lanjut Arief, juga mengharapkan, BBSDA NTT dalam menjaga kura-kura tidak melupakan kesejahteraan masyarakat di sekitar Kawasan/habitat kura-kura tersebut, tetapi memberdayakan masyarakat dalam kerjasama dengan Pemda setempat.


Kepala BBKSDA NTT juga menyampaikan terima kasih kepada Country Director Wildlife Conservation System (WCS), Noviar Andayani, yang telah banyak membantu Upaya pemulangan 33 spesies tersebut ke Kupang, untuk selanjutnya dikembalikan ke habitnya di Pulau Rote.


Sementara itu, Country Director WCS, Noviar Andayani terkait Upaya reptariasi 33  Kura-Kura Rote Leher Ular menjelaskan, bahwa World Life Conservation Society (WCS) adalah suatu lembaga konservasi internasional yang bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia. Misinya ialah mendukung pemerintah melestarikan satwa liar kembanggaan Indonesia dan habitatnya.


Di awal tahun 2015, WCS mengidentifikasi salah satu spesies reptilia yaitu Kura-Kura Rote Leher Ular dari 25 jenis spesies kura-kura yang paling teracam punah di dunia. Sebagai Lembaga konservasi di dunia yang berkomtimen penuh menjaga satwa liar, WCS mencoba membangun komunikasi dengan pemerintah Indonesia dan BBKSDA NTT untuk upaya pemulangan Kura-Kura Rote Leher Panjang. 
Selanjutnya di awal tahun 2016, WCS mencoba mengeksploasi pengembalian  Kura-Kura Rote Leher Ular ke habitatnya. 

Pesan kami adalah keberadaan Kura-Kura Rote Leher Ular itu menunjukkan komitmen kita (WCS). Bukan saja upaya perlindungan spesies, tetapi juga upaya pelestarian dan perlindungan habitat/ekosistem air tawar di Pulau Rote. Kura-kura ini tidak mungkin survife (bertahan hidup) tanpa perlindungan habitat danaunya. Danau di Rote merupakan sumber-sumber air tawar yang diperlukan masyarakat Rote. Bagi kami, menjaga dan melindungi sumber-sumber air tawar di pulau Rote sama dengan melindungi kesejahteraan masyarakat di pulau Rote,” jelasnya.


Menurut Andayani, tidak ada kesulitasn dalam Upaya memulangkan kura-kura jenis tersebut, karena dari awal WCS sadar, bahwa memulangkan itu baru setengah dari proses. Karena langkah selanjutnya adalah memulihkan ekosistem makluk hidup tersebut bersama masyarakat dan lingkungan sekitarnya. 

Proses ini sudah kita mulai dari tahun 2016, dari survey ekosistem danau di pulau Rote, potensi predatornya, program edukasi terhadap masyarakat soal Kura-Kura Rote Leher Ular, termasuk dukungan pemerintah daerah. Diharapkan kemudian, kura-kura ini akan menelurkan kura-kura baru di habitat mereka yang baru, untuk menunjang ekosistem mereka yang baru di pulau Rote,” harap Andayani.

(XD/tim**).
×
Berita Terbaru Update