![]() |
Gambar rencana Proyek PTAL Larantuka, NTT |
Menurut Dr. Ir. Andre W. Koreh, MT, IPM, Asean Eng., selaku Kuasa Direktur PT Tidal Bridge Indonesia–Larantuka, pertemuan yang dimulai pukul 14.00 Wita ini akan membahas kesiapan teknis, pendanaan, dan dukungan lintas lembaga agar proyek strategis itu resmi masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) 2026–2029.
“Pendanaan sudah disiapkan melalui Bank Pembangunan Belanda (FMO/Invest International), dan Bappenas RI telah memberi sinyal dukungan kuat agar proyek ini segera disetujui sebagai PSN,” ujar Andre Koreh.
Dalam rombongan, hadir CEO Tidal Bridge BV Belanda, Eric van den Eijnden, CEO PT Tidal Bridge Indonesia Latif Gau, serta perwakilan Pertamina NRE yakni Johan Kaunang Novrian dan Henny Triana.
Proyek Jembatan Palmerah Larantuka dirancang tidak hanya sebagai jembatan penghubung dua pulau, tetapi juga sebagai sumber listrik hijau berbasis arus laut pertama di Indonesia. Turbin-turbin bawah laut akan memanfaatkan arus deras Selat Larantuka untuk menghasilkan energi bersih yang akan disalurkan ke jaringan listrik PLN.
Seluruh kajian teknis dan lingkungan seperti Feasibility Study (FS), AMDAL, ESIA, serta integrasi sistem kelistrikan telah rampung. Dengan nilai investasi sekitar USD 250 juta (Rp 4 triliun), proyek ini diharapkan mulai konstruksi pada 2026 mendatang.
“Setelah tertunda lebih dari satu dekade, ini momentum penting bagi NTT untuk menegaskan diri sebagai laboratorium energi baru terbarukan nasional,” tambah Andre, yang juga menjabat Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) NTT.
Pertemuan lanjutan akan digelar Selasa (21/10/2025) bersama DPRD NTT, guna memperkuat dukungan kebijakan daerah terhadap percepatan proyek strategis tersebut.
Jika terealisasi, PLTAL Larantuka akan menjadi ikon energi laut pertama di Indonesia sekaligus menandai era baru kemandirian energi hijau di bawah pemerintahan Presiden Prabowo–Gibran.
Pace**