Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keluhan UKT di Undana Jadi Asumsi Publik, Rektor : Orang Inginkan Biaya Pendidikan Murah

Minggu, 16 Juli 2023 | 7:56 AM WIB | 0 Views Last Updated 2023-07-15T23:56:59Z

Xdetiik
Foto Rektor Undana, Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc.

XDetiik.com, KOTA KUPANG - Keluhan terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas Nusa Cendana (Undana) tahun 2023 ini yang mahal kini menjadi asumsi publik. Tanggapan Rektor Undana, pada dasarnya orang menginginkan biaya Pendidikan yang murah.


Hal ini ditanggapi Rektor Undana Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc kepada wartawan melalui sambungan telepon selulernya pada Sabtu, (15/7/2023).

"Pada dasarnya orang menginginkan UKT ini murah, biaya kuliah murah mengapa harus mahal? kan begitu. Padahal, UKT itu memiliki level dari 1-7. Dan sekarang itu kita sudah usulkan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga bukan UKT-nya menjadi mahal, tetapi kita tambah level lagi menjadi 10," jelas Sanam.


Menuruf Sanam,  UKT yang ditetapkan sesuai dengan penghasilan mahasiswa/i, sehingga ada yang UKT-nya Rp 1 juta, ada yang Rp. 3 juta dan ada yang 5 juta. Hal ini seolah-seolah menimbulkan rasa iri, tetapi sebenarnya prinsip UKT ini sistemnya tergantung pada level yang dibuat untuk menjadi subsidi silang yang mampu membantu biaya mahasiswa/i yang kurang mampu.

"Kita tentukan sesuai data yang di input oleh calon mahasiswanya melalui sistem. Jadi kalau dia menginput pendapatan orangtuanya sekian, ya otomatis sistem yang akan mengkalkulasi dan menempatkan dia sesuai dengan UKT, yang sesuai dengan level penghasilan orangtuanya. Jika ada yang merasa mahal, ya seperti itu kondisi alamiah yang dialami orang ketiga. Apalagi anak-anak melihat kok saya hanya 3 juta kenapa teman saya 5 juta, bahkan ada yang 7 juta.  Saya melihat hal yang biasa terjadi selama pemberlakuan UKT yang berjalan, mungkin sudah lebih dari lima sampai enam tahun ini," jelasnya lagi. 


Lanjut Max Sanam, kemungkinan juga ada kesalahan input data dari calon mahasiswa saat mendaftar masuk. 

"Katakanlah begini, saya temukan ini lalu saya tanyakan ini kepada ibu, ibu pendapatan berapa? Jawabnya, saya pendapatnya 500ribu/bulan, nah ini kan sonde masuk di akal. Lalu saya tanya lagi 500ribu itu ibu beli beras, sabun pulsa listrik dan sebagainya, itu nggak (tidak) mungkin. Nah kalo ketika itu dimasukkan dalam sistem dan sistem mengatakan kalo ini omongan, maka akan digeser ke UKT yang level atas, prinsipnya begitu," jelasnya.


Kedua, kata Prof. Maxs Sanam bahwa terjadi keluhan demikian dan mahasiswa/i merasa kemahalan dan tidak mampu, mereka bisa melakukan banding yaitu membuat surat kepada rektor. Dan kita akan melakukan evaluasi ulang pada saatnya, karena saat ini kampus berburu dengan waktu untuk mahasiswa/i lakukan registrasi ulang.

"Jadi dia harus registrasi dulu, nanti kita verivikasi ulang lalu ternyata dia harus diturunkan pada UKT yang sudah dia bayarkan itu, dan bila perlu kita kembalikan kelebihan uang yang dia bayar pada semester satu. Kita akan melakukan registrasi ulang, kalau memang benar-benar ini tidak mampu ya kita turunkan level UKT-nya. Kalau sesuai, maka kita pertahankan bahkan kalo tidak sesuai lalu mau dinaikan, ya kita naikan mekanismenya begitu sesuai aturan," tandasnya.


Terkait solusi yang bisa dilakukan bagi mereka yang mempertanyakan mengenai masalah UKT ini. Sanam menjawab, "mereka punya kebebasan. Solusi itu adalah mengajukan surat kepada rektor untuk menyampaikan bahwa saya berkeberatan atas penetapan UKT ini sehingga mohon untuk melakukan evaluasi kembali. Dan kita akan melakukan yang namanya Verval (verivikasi dan validasi) kalo perlu kita lakukan kunjungan lapangan untuk melihat fakta yang ada di lapangan benar nggak," ujar Prof. Maxs.


Ia juga membeberkan, ada orang tua mahasiswa/i yang mengeluh di medsos, bahwa suaminya tukang batu tapi UKT anaknya diposisi Rp 3 juta/semester dan menurutnya itu tidak adil. Lalu Max mengecek semua data facebook dan menemukan gambar rumahnya rumah batu besar dan punya mobil. 

"Kemudian anak-anaknya bergaya pegang HP (Handphone). Ini kan nggak benar. Saya bilang ibu, saya itu tanpa perlu wawancara ibu lagi, saya lihat dari gambar-gambar ibu di facebook, lalu saya bilang  3 juta ini kemurahan, itu contohnya," beber Sanam. 

(KT/XD**).
×
Berita Terbaru Update