Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tiga Tahun Terakhir, Laba Bersih Bank NTT Terus Anjlok Namun Dirut Tak Dicopot

Sabtu, 14 Januari 2023 | 12:56 AM WIB | 0 Views Last Updated 2023-01-13T16:57:23Z
Xdetiik


XDetiik.com, KOTA KUPANG - Selama tiga (3) tahun berakhir, sejak tahun 2019, 2020 dan 2021 Laba Bersih Bank NTT terus anjlok dan di tahun buku 2020 dan 2021 lebih rendah dari tahun 2019. Bahkan di tahun buku 2022 diduga bakal lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Walau laba bersih tersebut sangat jauh dari target Rp 500 M tapi mengapa Dirut Aleks Riwu Kaho tak dicopot?


Berdasarkan investigasi Tim Media ini, Laba Bersih Bank NTT pada tahun 2019 sebesar Rp 236.475 juta (Rp 236,4 M). Perolehan Laba Bersih itu menjadi alasan pemberhentian Direktur Utama Bank NTT saat itu, Izhak Eduard Rihi. 


Menurut Gubernur VBL dalam jumpa pers usai RUPS-LB, pemberhentian itu karena Dirut Izhak Rihi tidak berhasil mencapai target Laba Bersih Rp 500 Milyar. 

Padahal, salah satu penyebab anjloknya Laba Bersih Bank NTT tahun 2019 adalah penghapusan buku kerugian Medium Term of Note (MTN) PT. SNP sebesar Rp 50 Milyar yang digelontorkan Aleks Riwu Kaho (Kadiv saat itu, red) tanpa Due Diligent dan tanpa Juklak Penempatan modal di lembaga non-perbankan.


Namun dalam kenyataannya, Laba Bersih Bank NTT pada tahun buku 2020 di tahun pertama kepemimpinan Dirut Aleks Riwu Kaho hanya sebesar Rp 236.289 juta (236,2 M) atau lebih kecil Rp 189 juta dari laba bersih tahun 2019.


Laba bersih Bank NTT kembali anjlok di tahun buku 2021, yakni hanya sebesar Rp 228.268 (Rp 228,2  M) atau lebih kecil Rp 8.207 juta (Rp 8,207  M) dari laba bersih tahun 2019.


Bahkan pada tahun buku 2022, diduga Laba Bersih Bank NTT kembali anjlok karena rendahnya perolehan laba (sebelum pajak dan kewajiban lain, red) yang diumumkan Direksi Bank NTT yakni sekitar Rp 296 M. Jika angka ini dikurangi dengan pajak dan kewajiban lainnya, maka diduga laba bersih Bank NTT yang tahun 2022 tidak mencapai Rp 200 M.


Kenyataan ini sangat miris jika dibandingkan dengan semakin besarnya modal yang disetor para pemegang saham. Anjloknya laba bersih tersebut sudah pasti berimbas pada anjloknya deviden bagi para pemegang saham. 


Fakta anjloknya laba bersih Bank NTT tersebut juga mematahkan argumentasi alias alasan Para Pemegang Saham (Gubernur NTT dan Para Bupati/Walikota se-NTT) bahwa pencopotan tersebut disebabkan laba bersih Bank NTT tahun buku 2019 yang tidak mencapai Rp 500 M. 

Jika benar bahwa alasan pencopotan Izhak Rihi sebagai Dirut Bank NTT (pada 6 Mei 2020, red) karena laba bersih yang tidak mencapai Rp 500 M maka seharusnya, Dirut Aleks Riwu Kaho juga dicopot oleh para pemegang saham karena perolehan laba bersih selama 2 tahun berturut-turut (2020-2021) yang tidak mencapai Rp 500 M. 


Bahkan laba bersih di masa Dirut Aleks Riwu Kaho (2020-2021) lebih kecil dibandingkan laba bersih tahun buku 2019 yang dijadikan sebagai alasan pencopotan Izhak Rihi oleh Gubernur NTT, para Bupati/Walikota se-NTT dan para pemegang saham Seri B.


Tapi mengapa Dirut Aleks Riwu Kaho tidak dicopot dengan alasan yang sama? Apakah Aleks Riwu Kaho adalah ‘anak emas’ para pemegang saham? Atau ada sesuatu yang ingin ditutup-tutupi dibalik itu?


Seperti diberitakan sebelumnya, Izhak Rihi dicopot sebagai Dirut Bank NTT pada tanggal 6 Mei 2019 usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang membahas tentang kredit macet Bank NTT Cabang Surabaya. Usai RUPS-LB yang diselenggarakan di Aula Kantor Gubernur NTT tersebut, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengumumkan pencopotan Dirut Izhak Rihi dengan alasan Izhak Rihi tidak mampu mendongkrak laba bersih Bank NTT hingga Rp 500 Milyar. 

(tim/XD**).

×
Berita Terbaru Update