XDetiik.com, KOTA KUPANG - Pj. Gubernur NTT, Ayodhia Kalake mengatakan bahwa untuk menurunkan angka kemiskinan dan stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) di Tahun 2024 maka perlunya strategi terpadu.
Demikian disampaikan Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake dalam acara Jumpa Pers dan Media Gathering bersama Media Massa pada Senin, (22/01/2023).
"Untuk menurunkan angka kemiskinan dan stunting di NTT maka kita perlu strategi terpadu dan perlunya kerja sama antar semua instansi," ungkap Pj Gubernur NTT.
Menurutnya, Jumlah penduduk miskin Provinsi NTT Tahun 2023 (Maret) sebesar 1,14 juta orang, TURUN 8,06 ribu orang terhadap September 2022 namun NAIK sebanyak 9,49 ribu orang terhadap Maret 2022. Kabupaten dengan jumlah penduduk miskin tinggi yakni TTS (119,51 ribu), Sumba Barat Daya (101,40 ribu) dan Kabupaten Kupang (90,23 ribu). "Sementara Kabupaten dengan jumlah penduduk miskin rendah yakni Nagekeo (18,57 ribu), Ngada (20,57 ribu) dan Sumba Tengah (24,24 ribu)," jelas Kalake.
Dikatakan Kalake, Angka Kemiskinan ini diukur melalui perhitungan pengeluaran penduduk di bawah Garis Kemiskinan (GK) sebesar Rp. 507.203/kapita/bulan (Maret 2023) dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan (GKM) sebesar Rp. 389.518 (76,80 persen) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) sebesar Rp. 117.685 (23,20 persen).
"Tingkat kemiskinan ekstrem, lanjutnya, Provinsi NTT Tahun 2023 sebesar 3,93%, mengalami penurunan sebesar 2,63 persen terhadap kondisi tahun 2022. Pada tahun 2022, Kabupaten dengan persentase penduduk miskin ekstrem tertinggi yakni Sumba Tengah (19.11%), TTS (13.01%) dan Sumba Timur (10.40%). "Sementara itu, 3 kabupaten dengan persentase terendah yakni Nagekeo (1.47%), Flores Timur (2.10%) dan Alor (2.38). Data kemiskinan ekstrem per kab/kota 2023 TIDAK dapat didiseminasikan BPS karena tingkat error/ Relative Standard Error (RSE) yang tinggi," bebernya.